Tim astronom menentukan usia bintang tertua setelah melakukan pengamatan menggunakan Teleskop Antariksa Hubble milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
"Kami menemukan bahwa inilah bintang tertua yang diketahui," kata Howard Bond dari Pennsylvania State University di University Park dan Space Telescope Science Institute di Baltimore dalam laman resmi NASA.
Bintang itu bisa setua 14,5 miliar tahun (plus minus 0,8 miliar tahun), yang pada pandangan pertama akan terlihat lebih tua dibandingkan alam semesta yang menurut perhitungan berusia sekitar 13,8 miliar tahun, membuatnya jadi dilema.
"Mungkin kosmologinya salah, fisika perbintangannya salah, atau jarak bintangnya salah. Jadi kami memperbaiki jaraknya," kata Bond.
Tim Bond memperhitungkan usia bintang dengan menerapkan teori kontemporer tentang tingkat kecepatan bintang terbakar, kelimpahan senyawa kimia, dan struktur internal.
Ide barunya, sisa helium membaur ke dalam inti sehingga bintang punya lebih sedikit hidrogen untuk pembakaran melalui fusi inti. Artinya bintang menggunakan bahan bakar lebih cepat dan itu berhubungan dengan usia yang lebih rendah.
Bintang itu juga punya rasio oksigen-besi lebih tinggi dari perkiraan, dan ini menurunkan usianya. Bond berpikir, selanjutnya pengukuran oksigen bisa mengurangi usia bintang karena bintang terbentuk setelah alam semesta berlimpah oksigen.
"Masukkan semua bahan itu dan Anda mendapat usia 14,5 miliar tahun, dengan sisa ketidakpastian yang membuat usia bintang sesuai dengan usia alam semesta," kata Bond.
"Ini adalah bintang terbaik di langit untuk perhitungan cermat usia dengan mengutamakan kedekatan dan keterangannya," kata dia.
Bintang Methuselah atau yang disebut HD 140283 sudah diketahui lebih dari seabad lalu karena gerakan cepatnya melintasi langit, demikian menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Astrophysical Journal Letters edisi Februari.
Bintang itu berada pada tahap sangat awal perkembangan menjadi raksasa merah, dan bisa dilihat dengan teropong sebagai obyek dengan skala besar ke tujuh dalam konstelasi Libra.
Bintang Methuselah sudah melihat banyak perubahan dalam hidupnya yang panjang. Bintang ini diperkirakan lahir dalam galaksi purba kerdil. Gravitasi membuat galaksi kerdil itu tercabik dan terhisap oleh kemunculan Bima Sakti lebih dari 12 miliar tahun silam.
Bintang itu mempertahankan orbit memanjang akibat kejadian kanibalisme tersebut, yang membuat dia melintasi lingkungan tata surya pada kecepatan seperti roket, 800.000 mil per jam.
Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
"Kami menemukan bahwa inilah bintang tertua yang diketahui," kata Howard Bond dari Pennsylvania State University di University Park dan Space Telescope Science Institute di Baltimore dalam laman resmi NASA.
Bintang itu bisa setua 14,5 miliar tahun (plus minus 0,8 miliar tahun), yang pada pandangan pertama akan terlihat lebih tua dibandingkan alam semesta yang menurut perhitungan berusia sekitar 13,8 miliar tahun, membuatnya jadi dilema.
"Mungkin kosmologinya salah, fisika perbintangannya salah, atau jarak bintangnya salah. Jadi kami memperbaiki jaraknya," kata Bond.
Tim Bond memperhitungkan usia bintang dengan menerapkan teori kontemporer tentang tingkat kecepatan bintang terbakar, kelimpahan senyawa kimia, dan struktur internal.
Ide barunya, sisa helium membaur ke dalam inti sehingga bintang punya lebih sedikit hidrogen untuk pembakaran melalui fusi inti. Artinya bintang menggunakan bahan bakar lebih cepat dan itu berhubungan dengan usia yang lebih rendah.
Bintang itu juga punya rasio oksigen-besi lebih tinggi dari perkiraan, dan ini menurunkan usianya. Bond berpikir, selanjutnya pengukuran oksigen bisa mengurangi usia bintang karena bintang terbentuk setelah alam semesta berlimpah oksigen.
"Masukkan semua bahan itu dan Anda mendapat usia 14,5 miliar tahun, dengan sisa ketidakpastian yang membuat usia bintang sesuai dengan usia alam semesta," kata Bond.
"Ini adalah bintang terbaik di langit untuk perhitungan cermat usia dengan mengutamakan kedekatan dan keterangannya," kata dia.
Bintang Methuselah atau yang disebut HD 140283 sudah diketahui lebih dari seabad lalu karena gerakan cepatnya melintasi langit, demikian menurut hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Astrophysical Journal Letters edisi Februari.
Bintang itu berada pada tahap sangat awal perkembangan menjadi raksasa merah, dan bisa dilihat dengan teropong sebagai obyek dengan skala besar ke tujuh dalam konstelasi Libra.
Bintang Methuselah sudah melihat banyak perubahan dalam hidupnya yang panjang. Bintang ini diperkirakan lahir dalam galaksi purba kerdil. Gravitasi membuat galaksi kerdil itu tercabik dan terhisap oleh kemunculan Bima Sakti lebih dari 12 miliar tahun silam.
Bintang itu mempertahankan orbit memanjang akibat kejadian kanibalisme tersebut, yang membuat dia melintasi lingkungan tata surya pada kecepatan seperti roket, 800.000 mil per jam.
Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi